Back

USD/IDR Anjlok, Rupiah yang Perkasa Dekati 16.400, Pantau Sentimen Konsumen Michigan AS

  • Rupiah menguat tipis ke level 16.412/USD, mencerminkan tekanan terhadap Dolar AS di tengah pelemahan global Greenback dan penurunan Indeks Dolar AS (DXY) ke kisaran 100,60.
  • Data ekonomi AS melemah, seperti IHP dan IHK yang lebih rendah dari ekspektasi, serta Klaim Tunjangan Lanjutan yang naik, memberi sinyal perlambatan ekonomi dan menekan Dolar.
  • Sentimen global dan komentar The Fed turut membebani Dolar; pasar mencermati potensi penyesuaian kebijakan The Fed dan rilis data sentimen konsumen AS yang diprediksi membaik.

Nilai tukar Rupiah Indonesia (IDR) menguat tipis terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) di tengah pelemahan Greenback secara global. Dalam sesi perdagangan empat jam terakhir, pasangan USD/IDR diperdagangkan di level 16.412, turun sebesar 2,70 poin atau 0,02%. Para penjual tampak mendorong pasangan ini menuju level support kuat di kisaran 16.400, menandakan potensi kelanjutan penguatan Rupiah jika tekanan terhadap Dolar AS berlanjut. Pelemahan Dolar tercermin dari turunnya Indeks Dolar AS (DXY) ke kisaran 100,60, di tengah rilis data ekonomi AS yang memberikan sinyal perlambatan pertumbuhan.

Data Ekonomi AS Jadi Pemicu Melemahnya Dolar

Pelemahan Dolar AS didorong oleh rilis data ekonomi terbaru yang menunjukkan tanda-tanda pelonggaran tekanan inflasi. Indeks Harga Produsen (IHP) AS pada April naik 2,4% pada basis tahunan, lebih rendah dari ekspektasi pasar sebesar 2,5% dan turun dari 2,7% pada bulan Maret. Pada basis bulanan, IHP utama turun 0,5%, sedangkan IHP inti, yang mengecualikan makanan dan energi, turun 0,4%.

Sementara itu, Indeks Harga Konsumen (IHK) AS mencatat kenaikan tahunan sebesar 2,3% pada April, juga di bawah ekspektasi dan angka bulan sebelumnya. Inflasi inti tetap di 2,8%. Klaim Tunjangan Pengangguran awal tercatat tetap dengan jumlah 229.000, namun Klaim Tunjangan Lanjutan naik menjadi 1,881 juta, mengindikasikan tekanan di pasar tenaga kerja AS.

Faktor Global: Tiongkok, The Fed, dan Sentimen Risiko

Dari sisi geopolitik, Presiden AS Donald Trump menyatakan kesiapannya untuk bernegosiasi langsung dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping demi memperluas akses pasar, menciptakan sentimen positif di pasar global dan meningkatkan minat terhadap aset-aset berisiko. Hal ini membuat Dolar AS tertekan lebih lanjut sebagai mata uang safe haven.

Selain itu, pernyataan dari Ketua Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell, pada hari Kamis juga menjadi perhatian pasar. Powell mengakui bahwa kerangka kebijakan The Fed mungkin memerlukan penyesuaian sebagai respons terhadap guncangan pasokan yang lebih sering. "Kerangka ini perlu kuat untuk banyak keadaan, termasuk dunia di mana guncangan pasokan mungkin lebih sering dan persisten," ujar Powell, seperti yang dikutip Reuters. Meski begitu, ia menegaskan bahwa fokus utama The Fed dalam menjaga ekspektasi inflasi yang terukur tetap tidak berubah. Pernyataan ini memberi sinyal bahwa bank sentral bisa lebih fleksibel ke depan, namun tetap berhati-hati dalam menjaga stabilitas harga.

Indeks Sentimen Konsumen dari Universitas Michigan akan Dicermati

Menjelang akhir pekan, perhatian pelaku pasar tertuju pada sejumlah rilis data ekonomi AS yang dijadwalkan pada hari Jumat, seperti angka Izin Mendirikan Bangunan, data Pembangunan Perumahan Baru, serta pembacaan pendahuluan Indeks Sentimen Konsumen dari Universitas Michigan.

Indeks Sentimen Konsumen untuk bulan Mei ini diprakirakan akan mengalami peningkatan, dengan proyeksi berada di angka 53,4. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan data bulan sebelumnya yang tercatat di 52,2.

Kenaikan ini mencerminkan optimisme konsumen AS terhadap kondisi ekonomi dan prospek jangka pendek. Namun, pasar tetap menanti rilis resmi untuk mengukur dampaknya terhadap kebijakan moneter dan pergerakan pasar.

Rupiah dan Arah Pergerakan Selanjutnya

Penguatan Rupiah terhadap Dolar AS mencerminkan respons pasar terhadap kombinasi data ekonomi global, kebijakan moneter, dan geopolitik. Jika tren pelemahan Dolar berlanjut dan level support 16.400 berhasil ditembus, Rupiah berpotensi menguat lebih lanjut dalam jangka pendek. Namun demikian, arah kebijakan suku bunga Federal Reserve dan stabilitas ekonomi domestik akan tetap menjadi faktor penentu utama dalam menentukan kelanjutan tren ini. Investor disarankan untuk terus mencermati sinyal dari The Fed dan perkembangan global yang dapat memicu volatilitas di pasar valuta asing.


Harga Minyak Mentah Hari ini: Harga WTI Bearish pada Pembukaan Sesi Eropa

Harga Minyak West Texas Intermediate (WTI) turun pada hari Jumat, di awal sesi Eropa. WTI diperdagangkan di $61,14 per barel, turun dari penutupan hari Kamis di $61,24
Baca lagi Previous

Produksi Industri (Thn/Thn) Swiss 1Q Naik dari Sebelumnya 2.3% ke 8.5%

Produksi Industri (Thn/Thn) Swiss 1Q Naik dari Sebelumnya 2.3% ke 8.5%
Baca lagi Next